Kamis, 22 Januari 2015

Peranan Guru PAK Dalam Menumbuhkan sikap Altruis






Peranan Guru PAK Dalam Menumbuhkan Sikap Altruis Kepada Anak Usia 2-5 Tahun

Pendahuluan
Seorang guru memiliki peran yang begitu penting di tengah masyarakat[1] dan lembaga pendidikan. Dan siapa saja yang berkeberadaan sebagai manusia adalah guru bagi orang lain maupun diri sendiri. Dalam karya tulis ini secara khusus penulis membahas tentang peran guru dalam menumbuhkan sikap altruis. Namun penulis lebih fokus terhadap guru Pendidikan Agama Kristen yang mendidik anak usia 2-5 tahun.
Adapun kerangka yang penulis bentuk adalah: hakekat guru, syarat menjadi guru, hakekat menumbuhkan sikap altruis, dan peranan guru PAK berkaitan dengan pengembangan sikap altruis.

A.   Hakekat Guru PAK

a.    Pengertian guru PAK
Guru secara global dikenal sebagai orang yang menyandang suatu pekerjaan atau profesi sebagai pengajar. Jadi hakekat guru Pak dapat dimengerti dari devinisi atau pengertian tentang guru. Seorang guru memegang peranan dalam moral, etika dan sosial. Guru merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi intelektulitas saja melainkan juga dari tata cara berperilaku dalam masyarakat.[2] Tidak asing lagi jikalau seorang guru adalah salah satu panutan dan cerminan hidup untuk yang digurui. Ada guru pasti ada murid. Juga apapun yang dilakukan gurunya tidak menutup kemungkinan akan dilakukan oleh muridnya, meskipun tidak seratus persen.
Memahami pengertian guru PAK (Pendidikan Agama Kristen), harus memilah antara kata guru dan PAK. Penulis akan lebih menjelaskan kembali apa itu guru yang dalam bahasa Ingrisnya teacher yang memiliki arti: pengajar, mentor, edukator dan orang yang mengajari orang lain.  Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Menurut Drs. Moh. Uzer Usman (1996: 15) guru adalah setiap orang yang bertugas dan berwewenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal.[3] Untuk melaksanakan tugasnya prinsip-prinsip tentang tingkah laku yang diinginkan dan diharapkan dari semua situasi pendidikan adalah berjiwa Pancasila. Berilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan serta dapat dipertanggungjawabkan secara didaktis dan metodis. Sebagai profesi, guru memenuhi ciri atau karakteristik yang melekat pada guru, yaitu:
1.    Memiliki fungsi dan signifikan si sosial bagi masyarakat, dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
2.     Menurut ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3.    Memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a sytenatic body of knowledge).
4.    Memiliki kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta saksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik tersebut.
5.    Sebagai konsekwensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok berhak memperoleh imbalan finansial atau material.
Sedangkan untuk memahami pengertian PAK dalam bagian ini penulis memaparkan menurut beberapa tokoh:
1.    Augustinus (345-430)
PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya “melihat Allah” dan “hidup bahagia”.[4] Jadi pendidikan di sini difokuskan pada Perbuatan Allah melalui Alkitab (dari Kejadian-Wahyu).
2.    Martin Luther (1483-1548)
PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari akan dosanya serta bersukacita dalam Yesus Kristus yang memerdekakan.[5]
3.    Campbell Wyckoff (1957)
PAK adalah pendidikan yang menyadarkan setiap orang akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar mengetahui akan diri sendiri yang sebenarnya, keadaanya, bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan kristen, memenuhi panggilan bersama sebagai murid yesus di dunia dan tetap percaya pada pnegharapan Kristen.[6]
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru PAK adalah pendidik, pengajar, pembimbing, penuntun, mengarahkan dan pengajak dalam belajar bersama mengenai pendidikan Kristen yang bernuansa Alkitab (Kejadian-Wahyu), kasih, Allah dan penebusan melalui Kristus Yesus. Yang memiliki tujuan menumbuhkan (mendewasakan) karakter, sifat, etika dan moral, kehidupan yang serupa Kristus, mau melayani sesama, dan menghormati Allah. Paulus mengidentikan pendidikan sebagai proses pendewasan atau peneguhan iman. (Kol. 2:6-7 ITB)Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”

b.    Tanggung Jawab

Hakekat yang sesungguhnya bahwa guru PAK memiliki dua aspek sebagai pendidik yaitu sebagai pemberi pengajaran melalui materi dan melalui pengalaman dalam keagamaan.[7] Dalam memberi pengajaran melalui materi, guru memiliki rencana untuk membangunkan kepercayaan kristen dalam diri peserta didik dengan jalan menyampaikan pengetahuan. Sedangkan dalam pengalaman keagamaan, segala perhatian dipusatkan kepada perkembangan pribadi murid-muridnya. Hal ini memilki tujuan bahwa peserta didik hidup secara harmonis dan melayani masyarakat selaku pribadi yang jujur dan luhur. Namun perlu diingat bahwa seorang guru harus memilki kerja sama dan kesatuan dalam mendidik untk mencapai kemaksimalan yang diharapkan. Kerja sama itu seperti yang sudah penulis katakan di atas bahwa pendidik perlu kerja sama dengan sekolah, orang tua, gereja dan lingkup luasnya adalah masyarakat.

B.   Syarat Menjadi Guru PAK

Jikalau dikatakan bahwa seorang guru adalah pendidik, pengajak untuk belajar, pembimbing, penuntun dan lainya, maka tentulah guru harus sesuai dengan sebutanya yang sebagai profesional. Maka dari itu berhubungan dengan syarat untuk menjadi guru PAK penulis mengemukakan beberapa syarat di bawa ini:
1.    Lahir baru. Hal ini tidak dapat ditawar oleh seorang pendidik agama Kristen, sebab untuk mengenal Kristus harus lahir baru terlebih dahulu. Dan perlu menyadari bahwa lahir baru di sini hanya dikerjakan oleh Roh Kudus, karena manusia tidak dapat membenarkan dirinya sendiri.
2.    Memiliki dasar iman Kristen yang cukup kuat dan memiliki pengetahuan yang luas tentang Alkitab yang di dalamnya terdapat lingkup hubungan yang erat dengan Tuhan. Jikalau guru PAK tidak memiliki kedua hal ini bagaiman akan mengajarkan tentang kebenaran Firman Tuhan yang intinya adalah ungkapan Allah.
3.    Memiliki motivasi yang benar. Benar jika mengatakan bahwa manusia tidak dapat mengetahui motivasi yang sesungguhnya, adi motivasi ini urusanya bersama Allah. Dan motivasi inilah yang akan menentukan kesungguhan hati pendidik.
4.    Menyadari bahwa menjadi guru adalah panggilan untuk menerima tanggung jawab sebagai pembentuk, pengajak, pendidik, pengarah dalam hal pendidikan. Dan guru adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan yang memiliki derajat sama dengan Nabi dan Rasul (Ef. 4:11-12 dan Roma 12:7).
5.    Memiliki dan memelihara komitmen hidup yang jelas terhadap Kristus yakni “hidup bagi Yesus” (Flp. 1:21-22; 3:10; 4:13).
6.    Mau mengembangkan ketrampilan dalam mengajar sebagai wujud tanggung jawab dalam memanusiakan manusia.

Jadi intinya adalah tanggung jawab. Guru bukan hanya sebagai pemberi informasi namun seorang guru juga harus memiliki satu perasaan tanggung jawab di dalam siten dan tugas pendidikan. Guru yang kehadiranya tidak tetap dan tidak rajin, dan merasa sudah melayani Tuhan adalah guru yang sangat tidak memiliki tanggung jawab.[8]

C.   Hakekat Menumbuhkan Sikap Altruis Anak Usia 2-5 Tahun

a.    Devinisi dan Konsep Altruis
Altruisme berasal dari bahasa Perancis yaitu “autrui” yang artinya "orang lain" turunan dari kata latin Alter. Secara epistimologis, altruis berarti:
  1. Loving others as one self.
  2. Behaviour that promotes the survival chances of others at a cost to ones own.
  3. Self-sacrifice for the benefit of others.
Istilah Altruisme diciptakan oleh Auguste Comte Penggagas filsafat positivisme. Altruisme merupakan kehendak pengorbanan kepentingan pribadi. Tindakan ini seringkali disebut sebagai peniadaan diri atau pengosongan diri. Altruisme termasuk sebuah dorongan untuk berkorban demi sebuah nilai yang lebih tinggi, entah bersifat manusiawi atau ketuhanan.

Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Sehingga altruisme menjelaskan sebuah perhatian yang tidak mementingkan diri sendiri untuk kebutuhan orang lain. Jadi, ada tiga komponen dalam altruisme, yaitu loving others, helping them doing their time of need, dan making sure that they are appreciated (Linley, 2006) . Perilaku ini merupakan kebaikkan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri.[9]

·         KBBI memberi pengertian bahwa altruis adalah orang yang banyak mengutamakan kepentingan orang lain (tidak mementingkan diri sendiri).
·         Dalam wikipedia: Altruis adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika.[10]
·         Menurut Franz Magnis suseno, altruis adalah: sikap yang selalu mendahulukan orang lain dan seakan lupa pada diri sendiri serta senang melayani.[11]
·         Menurut Alkitab: Yoh12:13, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" dan Marks 10:45, Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Jadi inti dari kedua ayat ini adalah selalu memikirkan apa yang baik untuk kepentingan orang lain.

Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dan sebagainya).[12]

Ø  Indikator Altruis:

1.    memperhatikan orang lain ketika membutuhkan pertolongan
2.    Empati. Seseorang yang altruis merasakan perasaan yang sama sesuai dengan situasi yang terjadi.
3.    Interpretasi. Seseorang yang altruis dapat mengiterpretasikan dan sadar bahwa suatu situasi membutuhkan pertolongan.
4.    Social responsibility. Seseorang yang altruis merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang ada disekitarnya.
5.    Inisiatif. Seseorang yang altruis memiliki inisiatif untuk melakukan tindakan menolong dengan cepat dan tepat.
6.    Rela berkorban. Ada hal yang rela dikorbankan dari seseorang yang altruis untuk melakukan tindakan menolong.

Secara psikologis[13] hal tersebut dapat disebut sebagai tindakan altruis, hanya saja dalam psikologis kurang menekankan arti altruis namun lebih menekankan kebiasaan setiap individu berdasarkan temperamen.


b.    Karakteristik anak usia 2-5 Tahun

Pada usia dini 0-6 tahun,[14] otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age). [15]
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.[16]
Jadi menyangkut tentang karakteristik anak usia 2-5 tahun penulis memberikan pengamatan sementara yang dimana anak usia tersebut memiliki karakter yang cukup tinggi dalam keegoisan. Namun cukup mudah pula dalam hal menanamkan pendidikan terhadap anak usia tersebut. Karena memiliki alasan seperti yang sudah penulis paparkan di atas.  Sebagai bukti lanjut bagi penulis bahwa anak usia tersebut memiliki keegoisan yang cukup tinggi adalah melaui pengamatan di lingkungan sekitar dan keponakan penulis. Anak usia tersebut ketika di kumpulkan dengan anak-anak yang lain baik usia yang sama maupun yang lebih tua dan lebih muda darinya, dan diberikan beberapa mainan di hadapanya maka sejauh pengamatan penulis anak-anak itu akan saling berebut dan saling mempertahankan apa yang ipegangnya tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi dan yang akan di lakukan oleh temanya.

c.    Menumbuhkan sikap Altruis adalah Proses

Ketika penulis mengamati sebuah tumbuhan, untuk menjadi sebuah pohon ternyata membutuhkan proses, dan proses tersebut tidak begitu mudah bagi sebatang pohon untuk hidup. Karena tumbuhan tersebut bergantung pada musim dan keadaan setempat. Dan potensi untuk hidup menjadi pohon yang kuat sangat tidak bisa dijamin. Karena tumbuhan tersebut membutuhkan proses dari benih-kecambah-tunas-memiliki batang-membutuhkan sinar dan air yang cukup tanah yang sesuai dan sebagainya. Begitu juga dalam pertumbuhan suatu pribadi yang fana untuk bertumbuh menjadi manusia yang sesungguhnya[17]. Sebagai manusia yang tercipta sebagai makhluk yang mewarisi atribut Allah, memiliki kepastian bahwa manusia itu bisa dididik, harus dididik, dan mendidik diri sendiri. Jadi melihat dari hal demikian penulis setuju bahwa menumbuhkan sikap altruis membutuhkan proses melaui sensasi (indera), respon jiwa, imajinasi, penganalisaan rasio atau intelek yang cukup kuat, menemukan fakta-fakta, praktikal dan mencontoh (meneladani).[18] Idealnya dalam bagian ini adalah penulis mengambil usia 2-5 tahun oleh karena proses pendidikan itu akan matang ketika ditumbuhkan sejak dini, karena sifat altruis pasti ada di setiap individu.

D.   Peranan Guru PAK Berkaitan Dengan Menumbuhkan Sikap Altruis Anak Usia 2-5 Tahun.

a.    Kerjasama antara sekolah, orang tua, gereja dan masyarakat.

Kembali menekankan bahwa guru sangat berperan dalam pertumbuhan peserta didik baik secara psikologis maupun rohani. Namun yang menjadi pokompikiran dalam bagian ini adalah apakah guru PAK cukup berdiri sendiri dalam menumbuhkan sikap altruis terhadap anak yang masih dini? Pasti tidak. Maka dari itu guru, orang tua, gereja, dan masyarakat perlu kerjasama untuk mendidik si anak.
Sesuai pengalaman pribadi pendidikan keluarga, masyarakat, gereja dan sekolah sangat berpengaruh bagi perkembangan karakter.[19] Ketika guru PAK mengajari akan pentingnya untuk menolong dan mementingkan kepentingan orang lain adalah perbuatan yang patut dipuji, sedangkan melihat masyarakat setempat dan orang tuanya yang acuh-tak acuh atau tidak peduli dengan sesama ketika orang lain membutuhkan pertolongan, maka anak akan merasa bingung dan akan melihat mana hal yang praktisnya untuk dilakukan. Hal ini begitu banyak didapati di lingkungan sekitar, bahkan terkadang diri sendiri pun berbuat demikian. Dalam hal pengembangan karakter anak maka hal tersebut tetap sistem pendidikan dan pendidiknya yang disalahkan. Memang manusia untuk berkembang dilihat bahwa manusia tersebut bisa dididik, harus dididik, dan mendidik diri sendiri. Tetapi masa kanak-kanak, 85 persen tanggung jawab pendidikan masih ditangan orang lain (guru, orang tua dan masyarakat).

b.    Mengajarkan pentingnya mengasihi sesama

Dalam Yohanes 13:34-35 secara gamblang Yesus mengajarkan murid-Nya untuk saling mengasihi, karena Yesus terlebih dahulu mengasihinya. Ini merupakan perintah baru yang Yesus berikan. Pengertian saling mengasihi dalam bagian ini dapat dimengerti bahwa kasih itu di berikan oleh semua manusia yang tidak memandang istilah bulu, baik anak-anak, orang dewasa maupun orang tua, si kaya dan si miskin dan sebagainya.
Mengajarkan pentingnya untuk saling mengasihi, Yohanes 13:34-35 ini menjadi salah satu dasar bagi guru PAK untuk mengembangkan sikap altruis. Guru PAK harus menanamkan terlebih dahulu pentingnya mengasihi, dan memperkenalkan bahwa hal ini adalah perintah dari Tuhan Yesus yang dimana Tuhan Yesus terlebih dahulu mengasihi manusia.[20] Dalam Mat. 22:37-38, Mark. 12:28-34, dan Luk. 10:25-28, juga menekankan kasih yang sebagai hukum utama dan yang terutama. Maka dari itu kasih adalah hukumnya wajib. Jadi apa kaitanya dengan menumbuhkan sikap altruis? Melihat dari indikator yang sudah penulis paparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap altruis adalah sebagian dari wujud kasih yang diterapkan terhadap semua manusia tanpa memandang istilah bulu. Bagaimana akan menerapkan sikap altruis jikalau anak tidak mengenal kasih?
Melihat bahwa karakter anak usia 2-5 tahun memiliki egois yang cukup tinggi dan  tidak disadarinya bahwa itu hal yang tidak baik, maka sangat jelas bahwa kasih ini merupakan hukum yang utama untuk diterapkan terlebih dahulu oleh guru PAK.


c.    Bimbingan

Bimbingan-melayani kebutuhan anak dalam rangka meningkatkan kesempatanya dalam merealisasikan potensi bagi tujuan individu dan masyarakat.[21] Tugas dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik sekaligus pengajar dan pengajak belajar, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan.[22]
Berkaian dengan peran guru PAK dalam menumbuhkan sikap altruis, bimbingan merupakan pelayanan dan tanggungjawab seorang guru dalam pertumbuhan sikap anak dalam hal altruis. Dengan kesadaran bahwa sosok anak adalah sosok yang memiliki potensi yang terpendam dan harus dikembangkan tanpa melihat situasi. Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak dikuasai dan berada dibawah situasi.[23] Guru perlu melihat bahwa pertumbuhan pribadi membutuhkan bimbingan dalam membantu perkembangan anak. Tanpa bimbingan anak usia dini tidak dapat memiliki pemahaman akan sikap altruis. meskipun anak memiliki sikap peduli naun anak tidak mengenal nilai dari sikapnya tersebut. Jadi peran Guru dalam bimbingan sangat penting bagi pertumbuhan anak mengenai altruis. Namun perlu ditekankan bahwa bimbingan ini tidak cukup melalui guru PAK, namun keluarga, mayarakat dan gereja pun perlu berperan dalam kerjasama menumbuhkan sikap anak untuk mengembangkanya.

d.    Menjadi teladan

Manusia belajar melalui mengikuti apa yang orang lain lakukan.[24] Tidak sedikit manusi yang suka mengikuti orang yang dikaguinya. Dan itu merupakan kekuaan manusia untuk mencontoh orang lain. Anak usia dini (2-5 tahun) jelas belum mengetahui eksistensi dirinya, dan seringkali anak-anak suka mengikuti kebiasaan orang yang lebih tua darinya. Maka dari itu guru PAK yang berperan dalam menumbuhkan sikap altruis dini perlu berhati-hati dalam mengambil setiap tindakan ketika di hadapan anak-anak usia 2-5 tahun tersebut. Karena anak-anak pasti secara di bawah sadar ketika mengikuti tingkah laku gurunya.
Dalam hal ini yang lebih pentig adalah aplikatifnya. Guru PAK bukan menyampaikan pegetahuan sikap yang luhur itu saja namun juga memprktekan baik scara langsung maupun tidak langsung. Tidak lucu jika guru PAK yang sebagai peran mengatakan terhadap anak-anak untuk bersikap altruis sedangkan dirinya sendiri tidak mencerminkan sikap tersebut.

Kesimpulan

Jadi penulis menyimpulkan bahwa seorang guru PAK adalah pembina, pendidik, pembimbing, pengajak belajar sesuai dengan pengajaran iman Kristen. Dengan syarat untuk menjadi seorang guru PAK adalah yang utama lahir baru, terpanggil, hidup dalam kebenaran, menjadi teladan, dan menguasai cerita Firman Tuhan. Berkaitan dengan menumbuhkan sikap altruis terhadap anak usia 2-5 tahun, maka penulis memberi pengertian terlebih dahulu tentang altruis yaitu: senang mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Dengan anak usi yang masih balita maka penulis memiliki alasan bahwa karakteristik anak usia 2-5 tahun adalah anak usia yang masih cemerlang dalam menanamkan pendidikan. Anak usia tersebut memiliki keegoisan yang cukup tinggi sehingga penilis tertarik untuk mengangkat permaslahan ini melalui peran guru PAK. Jadi intinya guru pak sangat berperan dalam menumbuhkan sikap Altruis terkhususnya anak usia dini. Karena guru PAK bagi penilis memiliki tuntutan yang cukup tinggi dalam kerohanian. Dan guru PAK identik dengan pengajaran tentang mengasihi Allah dan sesama.
           







DAFTAR PUSTAKA

Homrighausen, E. G. dkk, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1996.
Kristianto, Paulus Lilik, Prinsip dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, Penuntun Bagi Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayanan Gereja, Guru Agama dan Keluarga Kristen, Yogyakarta: Andi, 2008.

Suseno, Franz Magnis, Pustaka Filsafat 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, Yogyakarta: Kanisius, 1997.

Suryabrata, Sumadi, Pikologi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012.
Tong, Stephen, Arsitek Jiwa II, Surabaya: Momentum, 2010.
Tong, Stephen, Arsitek Jiwa I, Surabaya: Momentum, 2009.

Wardati, dkk, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011.
______http://zonainfosemua.blogspot.nl/2014/03/pengertian-guru-menurut-pakar-pendidikan.html (diakses pada hari Jumat/12-09-2014 pukul 21.25 WIB.
______https://docs.google.com/document/d/1Cj_6C5R1ormUdz0FOS6s7h8uo8fQCIMIb80hRMmffIE/edit?hl=en_US  (diakses pada tanggal 15-09-14, pukul 21.05).

______http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme (diakses pada hari Senin 29-09-2014, pukul 21.02).

______http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anak-usia-dini/(diakses pada hari kamis 02-10-2014 pukul  20.49).




[1]Peran guru dalam masyarakat di sini mencakup keluarga dan gereja ataupun lembaga lainya. Namun perlu di ketahui bahwa proses pendidikan bukan hanya di disuatu lembaga tertentu saja, tapi di manapun manusia berada pasti manusia mendapatkan pendidikan baik dari luar maupun dalam.
[2]http://zonainfosemua.blogspot.nl/2014/03/pengertian-guru-menurut-pakar-pendidikan.html (diakses pada hari Jumat/12-09-2014 pukul 21.25 WIB.
[3] Ibid, http://zonainfosemua.blogspot.nl/2014/03/pengertian-guru-menurut-pakar-pendidikan.html
[4]Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, Penuntun Bagi Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayanan Gereja, Guru Agama dan Keluarga Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2008), 2
[5]Ibid, Paulus Lilik Kristianto, halaman 2.
[6]Ibid, halaman 4.
[7]E. G. Homrighausen dkk, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1996)24
[8] Stephen Tong, Arsitek Jiwa II, (Surabaya: Momentum, 2010) 28.
[9]https://docs.google.com/document/d/1Cj_6C5R1ormUdz0FOS6s7h8uo8fQCIMIb80hRMmffIE/edit?hl=en_US  (diakses pada tanggal 15-09-14, pukul 21.05).
[10]http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme (diakses pada hari Senin 29-09-2014, pukul 21.02).
[11]Franz Magnis Suseno, Pustaka Filsafat 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19 , (Yogyakarta: Kanisius, 1997)203.
[12]Ibid, wikipedia, Senin 29-09-2014 pukul 21.09.
[13]Sumadi Suryabrata, Pikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012)13. Mengenai sifat-sifat umum aktifitas manusia. Bahwa dari setiap indiktor altruis merupakan bagian dari psikologi manusia.
[14]Anak usia 2-5 tahun ada dalam usia 0-6 tahun. Penulis mengambil anak usia 2-6 tahun karena, pengamatan sementara penulis anak mulai usia 2 tahunlah yang cukup efektif untuk menerima pengembangan tentang altruis.
[15]http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anak-usia-dini/(diakses pada hari kamis 02-10-2014 pukul  20.49).
[16]Ibid,  http://www.pendidikankarakter.com/. (diakses pada hari kamis 02-10-2014 pukul  20.56).
[17]Menyesuaikan iman Kristen bahwa yang dimaksud manusia yang sesungguhnya adalah manusia yang hidup  dalam karakter berprikemanusiaan, memiliki kasih terhadap Tuhan dan sesama.
[18]Ibid, Stephen Tong, 54-57. Mengenai proses pendidikan yang penulis kaitkan bahwa menumbuhkan sikap altruis merupakan pendidikan dan melalui pendidikan
[19]Karakter. Altruis merupakan bagian dari karakter. Dan setiap manusia memiliki potensi untuk bersikap altruis yang bergantung dari karakter yang dapat diubahkan. 
[20]Manusia. Sorang guru harus memberi pengetahuan bahwa anak-anak adalah kategori dari manusia dan Yesus tidak memandang manusia dewasa dan manusia kecil.
[21] Wardati, dkk, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011)11.
[22]Ibid, 49.
[23]Stephen Tong, Arsitek Jiwa I, (Surabaya: Momentum, 2009)53
[24]Ibid, Arsitek Jiwa II, 58.